Blok Mahakam dan NOC’s

oleh -
0 27

Salam Redaksi Majalah Global Energi Edisi 74logo-blue
Oleh: Dr. Ibrahim Hasyim

 

BLOK MAHAKAM DAN NOC’s

Per 1 Januari 2018, PT Pertamina (Persero) resmi menjadi pengelola Blok Mahakam per 1 Januari 2018. Proses peresmian serah terima pengelolaan WK Mahakam diawali dengan penyerahan kembali pengelolaan Blok Mahakam darti Total EP Indonesie kepada Pemerintah yang diwakili Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi. Selanjutnya diserahkan kepada PT Pertamina (Persero) yang diwakili oleh Direktur Hulu Syamsu Alam.

Blok Mahakam yang berada di Kalimantan Timur telah dikelola TEPI & Inpex selama 50 tahun. Kemudian pada Senin (1/1/2018) ini dikelola oleh Pertamina Hulu Mahakam yang merupakan cucu perusahaan Pertamina. Pengelolaan ini menjadi tonggak penting mengingat Blok Mahakam adalah produsen migas terbesar di Indonesia saat ini, dengan melampaui produksi kontraktor kontrak kerja sama asing Chevron Pacific Indonesia dan ExxonMobil Oil Indonesia.

Keberadaan Blok Mahakam akan memberikan tambahan kontribusi sekitar 34 persen dari total produksi migas secara nasional, bagi Pertamina mempunyai arti sangat penting. Mengapa? Karena blok ini telah memberikan kontribusi produksi minyak dan gas (migas) yang sangat berarti. Pada awal ditemukan, Blok Mahakam memang bukan lah wilayah kerja migas biasa. Cadangan yang ada di cekungan Kalimantan Timur itu diprediksi mencapai sekitar 50 triliun kaki kubik (TCF) gas dan 5 miliar barel (BBLS) minyak. Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam kini masih menyisakan cadangan 57 juta barel minyak, 45 juta barel kondensat, dan 4,9 TCF gas.

Dan ternyata lapangan migas ini masih memiliki daya tarik bagi para investor. Bahkan di usianya yang beranjak senja. Terbukti jelang akhir kontrak kerjasama dengan Total, Blok Mahakam menjadi rebutan banyak pihak. Masuk akal banyak peminatnya, karena laba yang diperoleh Total sebagai operator Blok Mahakam pada 2014 lalu saja diperkirakan menyentuh 5 miliar dollar AS, atau setara Rp 65 triliun – asumsi kurs Rp 13.000. Angka ini hampir empat kali lebih besar dibanding laba bersih yang dibukukan Pertamina di tahun sama, yang sebesar 1,57 miliar dollar AS, setara Rp 20,41 triliun.

Terlepas dari itu semua, langkah pemerintah yang dengan berani tidak memperpanjang kontrak patutlah kita hargai. Dan ini mempunyai arti penting bagi menjaga kedaulatan energi. Dengan tidak diperpanjangnya lagi Blok Mahakam yang selama ini dikuasai asing, kini 100% kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Sebenarnya apa yang dilakukan ini adalah sangat sejalan dengan hasil penelitian World Bank yang dilangsir pada tahun 2011 dengan judul NATIONAL OIL COMPANIES and VALUES CREATION ( Silvana Tordo cs). Kajian itu menyimpulkan bahwa , jika pada dekade 70 an, sebesar 90 % cadangan minyak dunia dikuasai oleh IOC (international oil companies) dan 10 % oleh NOC (national pil companies), maka pada masa ini 99 % cadangan minyak dunia dikuasai oleh NOC. Itu karena ada values creation dari NOC dari oroses pembelajaran panjang selama mendampingi dan bekerjasama dengan IOC. Oleh karena itu jangan sampai ada kekuatiran yang berlebihan dengan NOC, dalam hal ini diperankan Pertamina di blok Mahakam (*)

 

(Visited 35 times, 1 visits today)

BELUM ADA TANGGAPAN

Tulis Tanggapan