PITsa, Langkah Baru PERTAMINA di Timor Leste
Ban pesawat City link menyentuh landasan pacu di bandara Presidente Nicolau Lobato Dili Timor Leste, setelah penerbangan sekitar 2 jam dari Denpasar, seminggu setelah hari raya idulfitrie 2016 yang lalu. Mata saya melihat kesana kesini. Berbeda sekali kondisi dan suasana di bandara yangsaat itu sepi dengan rumput panjang yang tidak terpotong disekeliling apron, dibanding terakhir kesana 15 tahun yang lalu. Waktu itu bandara penuh dengan manusia dan tentara, yang ketakutan sedang menanti pesawat bolak balik Dili-Kupang untuk evakuasi lewat udara setelah hasil referendum menjadikan Timor Leste merdeka, lepas dari Indonesia. Kondisi di Dili dan Timor Leste masih porak peranda, bakar bakaran dan terlihat sorotan mata tajam manusia yang menakutkan disepanjang jalan. Semuanya ingin menyelamatkan diri dan menyelamatkan harta benda. Dalam situasi yang seperti itu, sebagai Pimpinan Pertamina yang sebagian pegawai, assets dan usaha nya masih ada di Timor Leste, telah mendorong keras saya untuk datang. Saya berupaya mempertahankan Pertamina supaya tetap ada di Timor Leste. Bagaimana dinamika pada waktu itu, telah dituliskan dibuku sebagai kisah nyata. (baca “KENAPA PERTAMINA ADA DI TIMTIM” di www.ibrahimhasyim.id).
Kini, Pertamina masih tetap ada disana dan karena itu saya bangga telah mempertahankannya dan tidak sia percuma. Presiden Megawati pun tidak keliru telah memberikan SATYA LENCANA WIRA KARYA. Tetapi, Pertamina sekarang telah berubah, harus mengikuti perundangan yang berlaku, yaitu Decree Law no. 1/2012 article 9, yang mewajibkan semua Badan Usaha Migas di hilir untuk memberikan saham minimal 5 persen kepada Badan Usaha Lokal. Karena itu, sejak 1 Nopember 2015 telah dibentuk PERTAMINA INTERNATIONAL TIMOR sociadade anonima (PITsa), yang pemegang sahamnya terdiri dari Pt.Patra Niaga 50 %, Pt. Pertamina Retail 45 % dan local partner 4CTP 5 %, untuk menggantikan peran Pertamina Marketing Representative Timor Leste (MRTL) sebelumnya.
Struktur pasar bahan bakar minyak (BBM) di Timor Leste adalah kompetisi dan secara keseluruhan PITsa masih mempunyai pangsa yang besar. Gasoline 92 ON menguasai 95 % pasar, Minyak solar 20 %, Avtur 60 % dan LPG sebesar 60 %. PITsa pun sekarang sudah mulai memasarkan petrokimia-aspal. Pasaran retail BBM praktis dikuasai PITsa, karena itu PITsa akan membangun 3 buah SPBU di Dili dan ini sangatlah penting, karena logo Pertamina perlu segera berkibar disana. Peran Pertamina sangatlah penting, karena di posisikan sebagai price leader oleh Autoridade Nacional do Patroleo (ANP), Badan Pengatur Migas Timor Leste. Saat ini lebih berperan sebagai wholesaler, SPBU disana menggunakan sejumlah nama perusahaan, sekalipun masyarakat menyebutnya sebagai SPBU Pertamina. Sesungguhnya PITsa mempunyai kemampuan supply chain yang lebih handal dibanding para pesaing yang mengandalkan Singapura dan Australia, karena lokasi yang lebih jauh dibanding NTT Indonesia.
Potensi pasar BBM di sebuah Negara pasti akan terus membesar, sekalipun saat ini ekonominya terpukul oleh turunnya harga minyak dunia. Sebesar 85 % APBN 2016 Timor Leste berasal dari Petroleum Fund. Disamping terus memfokuskan untuk membangun kesejahteraan masyarakat lewat pangan , kesehatan dan pendidikan, tapi Timor Leste juga sedang membangun infrastruktur secara bertahap. Karena itu (sebelum terlambat) Pertamina perlu segera menyusun program pengembangan pasar BBM dan Non BBM di TimorLeste, yang dapat dijadikan landasan serta peta jalan PITsa kedepan. Kinerja Keuangan PITsa , CUCU perusahaan Pertamina yang berusaha di TimorLeste, terbukti telah menyamai dengan kinerja keuangan ANAK perusahaan Pertamina di dalam negeri. Tidak ada alasan untuk tidak dikembangkan bagi sebuah korporasi dan Eman eman, kalau itu tidak digarap dengan serius. Ingat, banyak badan usaha yang akhirnya gulung tikar, manakala pada ZONA NYAMAN terlambat melakukan sesuatu inisiatif dan inovasi pengembangan usaha. @hasyim_ibrahim