Penggunaan BBG di Indonesia Belum Berkembang, Apa Penyebabnya?

Jakarta – Sejak tahun 1995 Indonesia sudah mengembangkan Bahan Bakar Gas (BBG). Namun belum maju-maju bila dibandingkan dengan negara lain. Saat ini baru terdapat sekitar 14 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG).

Sementara negara lain seperti China, Thailand, dan Pakistan telah memiliki ratusan bahkan sampai ribuan SPBG. Lantas apa yang menyebabkan BBG di Indonesia belum berkembang hingga saat ini?

Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Dr. Ibrahim Hasyim, mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan penggunaan BBG di Indonesia belum berkembang.

Pertama adalah infrastruktur SPBG yang masih cukup minim belum banyak karena memang hanya mengandalkan anggaran negara dan masyarakat yang belum minat karena harus memasang converter kits yang butuh biaya.

Padahal saat ini dengan disparitas harga BBG dengan BBM cukup besar sangat menarik buat konsumen, akan tetapi tidak serta merta karena minimnya SPBG dan converter kit yang tidak cukup tersedia.

“Sebaliknya dengan harga Rp 3.100/liter setara premium (lsp) sekarang ini tidak menarik buat investor SPBG karena keekonomianya jauh untuk membangun sebuah SPBG. Karena itu investor minta dinaikan menjadi Rp 5.100 per lsp,” Dr. Ibrahim Hasyim, Kamis (03/07/2014) di Jakarta.

Saat dikonfirmasi apakah dengan harga BBG Rp 5.100 lsp penggunaan BBG akan meningkat? Ibrahim mengatakan belum tentu. Menurutnya, dengan harga Premium saat ini Rp 6.500 per liter dinilai belum memberikan daya tarik buat konsumen dan tidak cukup untuk investasi converter kit.

Oleh karena itu, tutur Ibrahim, solusi jangka panjangnya adalah pemerintah harus membuat regulasi agar mobil baru sudah dapat dipasangi converter kit untuk gas dan harga BBM subsidi juga harus memberikan disparitas yang tinggi. “Jadi keberhasilan SPBG itu terletak pada persoalan harga, dimana menguntungkan buat investor dan menarik buat konsumen,” katanya.

(Visited 26 times, 1 visits today)

BELUM ADA TANGGAPAN

Tulis Tanggapan